Sejarah
dan pengertian cloud computing
Sekarang konsep teknologi informasi Cloud
Computing sedang
hangat dibicarakan. IstilahCloud Computing mulai banyak didengar dan
perkembangannya sangat luar biasa. Disebut-sebut teknologi Cloud
Computing dapat
menghilangkan permasalahan yang dijelaskan diatas. Perusahaan-perusahaan besar
di bidang IT pun sekarang mencurahkan perhatiannya ke sana. Apa sebenarnya Cloud
Computing itu
? Komputasi awan merupakan istilah bagi dunia TI yang sistemnya hanya disewa.
Maksudnya, dalam menerapkan teknologi ini, pelanggan diharuskan untuk menyewa
beberapa komponen kerja di TI, seperti server penyimpanan data hingga data
center.
Melihat dari tren ini, kita dapat memprediksi masa depan, standard teknologi
akan menjadi lebih sederhana karena ketersediaan dari banyak cloud
service.
Seluruh nama besar seperti IBM, Microsoft, Google, dan Apple, saat ini sedang
terlibat dalam peperangan untuk menjadi penguasa terbesar terhadap teknologi
awan ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan
data merupakan hal yang tak bisa terhindarkan lagi. Semua dari hasil kerja kita
pasti berupa data baik yang berupa nyata ataupun data digital. Data digital
merupakan suatu kumpulan kode yang merepresenasikan hasil kerja kita agar bisa
dibaca oleh komputer atau alat olah data kita. Untuk data digital, pastilah
memeliki suatu ukuran besar (size) yang menjadi batasannya. Dengan size
tersebut maka data digital dapat diartikan sebagai sesuatu yang spesifik dan
dapat didefinisikan bentuknya.
Data digital, memiliki kelebihan jika
dibanding dengan data nyata yaitu dapat dipakai terus menerus tanpa mengalami
perusakan atau dapat disebut memiliki kualitas yang sama. Data digital dapat
digunakan terus menerus karena dapat disimpan untuk bisa digunakan terus
menerus jika disimpan di dalam alat penyimpanan (storage). Dengan semua
kemudahan dari data digital tersebut, data digital juga memiliki suatu
kekurangan yaitu dengan adanya ukuran size, maka storage(alat simpan)
dari data tersebut harus memiliki ukuran (Space Storage) yang sejumlah dengan
data yang akan disimpan. Untuk beberapa data memang masalah ini belum begitu
terlihat, tapi jika data digital yang akan disimpan terus menumpuk akibat dari
pentingya danbanyaknya tugas. Maka solusi yang biasanya diambil adalah
penghapusan data yang lama atau dengan penambahan storage baru. Memang untuk
penambahan storage baru bisa menyelamatkan data yang sudah tidak muat, tetapi
dengan begitu akan menambah jumlah limbah dan biaya yang besar.
Sebetulnya jawaban dari masalah ini sudah
mulai tercetus oleh John McCarthy pada tahun 1960-an akan tetapi pada waktu itu
masih dirasakan suatu kesuliatan untuk mewujudkan pemecahan masalah ini. Dengan
perkembangan dunia maya yang cepat seiring dengan diluncurkannya Web 2.0 maka jawaban
dari masalah storage yang selama belum bisa diatasi dapat dipecahkan
yaitu dengan Cloud Computer (Cloud Storage). Cloud Storage merupakan layanan
penyimpanan data secara Online di Storage Server, atau dengan kata lain data
kita akan disimpan pada database(storage) milik server online. Dengan cloud
storage penggunanya tidak perlu lagi untuk membawa data digital dalam alat
penyimpanan yang banyak melainkan sewaktu-waktu dapat diunduh dan diambil lagi
untuk digunakan melalaui jaringan internet untuk mengakses data di server.
Sejarah
Cloud Computing
Cloud computing adalah hasil dari evolusi
bertahap di mana sebelumnya terjadi fenomena grid computing, virtualisasi,
application service provision (ASP) dan Software as a Service (SaaS). Konsep
penyatuan computing resources melalui jaringan global sendiri dimulai pada
tahun ‘60-an. Saat itu muncul “Intergalactic computer network” oleh J.C.R.
Licklider, yang bertanggung jawab atas pembangunan ARPANET (Advanced Research
Projects Agency Network) di tahun 1969. Beliau memiliki sebuah cita-cita di
mana setiap manusia di dunia ini dapat terhubung dan bisa mengakses program dan
data dari situs manapun, di manapun. Menurut Margaret Lewis, Direktur Marketing
Produk AMD. “Cita-cita itu terdengar mirip dengan apa yang kini kita disebut
dengan cloud computing”. Para pakar komputasi lainnya juga memberikan
penambahan terhadap konsep ini, di antaranya John McCarthy yang menawarkan ide
mengenai jaringan komputasi yang akan menjadi infrastruktur publik, sama
seperti the service bureaus yang sudah ada sejak tahun ‘60-an.
Semenjak tahun ‘60-an, cloud computing
telah berkembang berdampingan dengan perkembangan Internet dan Web. Namun
karena terjadi perubahan teknologi bandwidth yang cukup besar pada tahun
1990-an, maka Internet lebih dulu berkembang dibanding cloud computing. Dan
kini teryata terlihat bahwa pendorong utama cloud computing adalah karena
adanya revolusi Internet. Salah satu batu loncatan yang cukup drastis adalah
dengan adanya Salesforce.com di tahun 1999, yang merupakan pencetus pertama
aplikasi perusahaan dijalankan melalui Internet. Perkembangan berikutnya adalah
adanya Amazon Web Services di tahun 2006, di mana dengan teknologi Elastic
Compute Cloud (EC2), terdapat situs layanan web yang di komersialkan yang memungkinkan
perusahaan kecil dan individu untuk menyewa komputer atau server, agar dapat
menjalankan aplikasi komputer mereka.
Batu lompatan besar lainnya datang di tahun
2009 dengan Web 2.0 mencapai puncaknya. Google dan lainnya memulai untuk
menawarkan aplikasi browser-based untuk perusahaan besar, seperti Google Apps.
“Kontribusi yang paling penting dari komputasi cloud adalah munculnya “killer
apps” dari penguasa teknologi seperti Microsoft dan Google. Ketika perusahaan
tersebut mengirimkan layanan dalam bentuk yang mudah untuk di konsumsi, efek
penerimaannya menjadi sangat luas”, menurut Dan Germain, Chief Technology IT
provider Cobweb Solution. “Faktor utama lainnya yang mempengaruhi berkembangnya
komputasi cloud antara lain matangnya teknologi visual, perkembangan universal
banwidth berkecepatan tinggi, dan perangkat lunak universal”, menurut Jamie
Turner sang pelopor komputasi cloud. Turner menambahkan, “cloud computing sudah
menyebar luas hingga kepada para pengguna Google Doc. Kita hanya dapat
membayangkan betapa besarnya ruang lingkup yang sudah di capai. Apa saja dapat
di lakukan dan dikirimkan melalui cloud”.
Pengertian
Cloud Computing atau Komputasi Awan
Cloud computing atau komputasi awan merupakan definisi untuk teknologi
komputasi grid (grid computing) yang digunakan pada pertengahan hingga akhir
tahun 1990-an. Jargon cloud computing atau komputasi awan mulai muncul pada
akhir tahun 2007, digunakan untuk memindahkan layanan yang digunakan
sehari-hari ke Internet, bukan disimpan di komputer lokal lagi. Pada saat itu,
layanan lain termasuk pengolahan kata, spreadsheet, dan presentasi telah
dipindahkan ke dalam komputasi awan. Google menyediakan pengolah kata,
spreadsheet dan aplikasi presentasi di lingkungan komputasi awan dan
terintegrasi dengan Gmail dan Google Calendar, menyediakan lingkungan kantor di
web (atau di awan). Microsoft dan perusahaan lain juga bereksperimen dengan
mengalihkan program-program ke awan untuk membuatnya lebih terjangkau dan lebih
mudah diakses oleh pengguna komputer dan Internet. Perangkat lunak sebagai
layanan (istilah Microsoft untuk cloud computing atau komputasi awan) adalah
barang yang sangat baru bagi kebanyakan orang di Microsoft.
Cloud computing atau komputasi awan adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer
dan pengembangan berbasis Internet. Suatu metoda komputasi di mana kapabilitas
terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan sehingga pengguna
dapat mengaksesnya lewat Internet tanpa mengetahui apa yang ada
didalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur
teknologi yang membantunya. Suatu konsep umum yang mencakup SaaS, Web 2.0, dan
tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa
ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna.
Sebagai contoh, Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum secara daring yang
diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang
tersimpan di server.
Contoh
perusahaan yang menerapkan cloud computing
Lintas
Media Danawa (LMD), anak perusahaan Lintasarta, perusahaan ICT terkemuka di
Indonesia saat ini, membawa teknologi cloud computing keIndonesia.jadi perusahaan
ini melayani on demand cloud computing dan private cloud computing Di Indonesia.untuk biayanya
juga tidak terlalu mahal yaitu untuk layanan on demand cloud computing.
Langkah
yang diambil oleh perusahaan ini menurut saya sangat benar karena daripada
membeli server baru, lebih baik perusahaan-perusahaan menyewa server secara
virtual. Tak perlu keluar banyak biaya, menghemat biaya sampai 80 persen dan
bebas biaya perawatan.Penghematan yang diperoleh jika menggunakan cloud
computing adalah rak yang dipakai untuk server cukup 2 rak, sedangkan jika
tidak menggunakan teknologi cloud computing, perusahaan butuh lebih 10 rak.
Selain
itu, dari sisi biaya, jauh lebih murah. Perusahaan yang belum menggunakan
teknologi ini harus membayar 2.000 dollar AS per bulan untuk sewa server,
sedangkan yang memanfaatkan teknologi ini cukup membayar 40 dollar AS
tergantung skalanya.
Dan
biasanya dalam dunia bisnis yang menggunakan cloud computing pasti menggunakan
bagian bagian berikut ini
1.
Software
as a Service (SaaS)
Sebagai
konsumen individual, kita sebenarnya sudah akrab dengan layanan cloud computing
melalui Yahoo Mail, Hotmail, Google Search, Bing, atau MSN Messenger. Contoh
lain yang cukup populer adalah Google Docs ataupun Microsoft Office Web
Applications yang merupakan aplikasi pengolah dokumen berbasis internet.
Di
dunia bisnis, kita mungkin familiar dengan SalesForce.com atau Microsoft CRM
yang merupakan layanan aplikasi CRM. Di sini, perusahaan tidak perlu setup
hardware dan software CRM di server sendiri. Cukup berlangganan SalesForce.com
maupun Microsoft CRM, kita bisa menggunakan aplikasi CRM kapan dan dari mana
saja melalui internet. Kita tidak perlu melakukan investasi server maupun
aplikasi. Kita juga akan selalu mendapat aplikasi terbaru jika terjadi upgrade.
Intinya, kita benar-benar hanya tinggal menggunakan aplikasi tersebut.
Pembayaran biasanya dilakukan bulanan, dan sesuai jumlah pemakai aplikasi
tersebut. Dengan kata lain, pay as you go, pay per use, per seat.
Nah,
semua layanan ini, dimana suatu aplikasi software tersedia dan bisa langsung
dipakai oleh seorang pengguna, termasuk ke dalam kategori Software as a
Services (SaaS). Secara sederhana, kita langsung mengkonsumsi layanan aplikasi
yang ditawarkan.
2.
Platform
as a Service (PaaS)
Sering
terjadi, suatu aplikasi software yang sifatnya package tidak dapat memenuhi
kebutuhan proses bisnis kita. Demikian pula dengan SaaS, di mana aplikasi yang
ditawarkan sebagai layanan tidak sesuai dengan proses bisnis kita. Nah, pada
skenario ini, kita dapat menggunakan jenis layanan yang disebut Platform as a
Service (PaaS).
Pada
PaaS, kita membuat sendiri aplikasi software yang kita inginkan, termasuk skema
database yang diperlukan. Skema itu kemudian kita pasang (deploy) di
server-server milik penyedia jasa PaaS. Penyedia jasa PaaS sendiri menyediakan
layanan berupa platform, mulai dari mengatur server-server mereka secara
virtualisasi sehingga sudah menjadi cluster sampai menyediakan sistem operasi
di atasnya. Alhasil, kita sebagai pengguna hanya perlu memasang aplikasi yang
kita buat di atasnya.
Jika
kita adalah perusahaan pembuat software, PaaS juga memberi alternatif lain.
Alih-alih memasang software di server konsumen, kita bisa memasang software
tersebut di server milik penyedia layanan PaaS, lalu menjualnya ke konsumen
dalam bentuk langganan. Dengan kata lain, kita membuat sebuah SaaS.
Singkatnya,
dengan PaaS, kita membangun aplikasi kita sendiri di atas layanan PaaS
tersebut. Adapun contoh vendor penyedia layanan Paas adalah Microsoft Azure dan
Amazon Web Services.
3.
Infrastructure
as a Service (IaaS)
Ada
kasus ketika konfigurasi yang disediakan oleh penyedia PaaS tidak sesuai dengan
keinginan kita. Kita berniat menggunakan aplikasi yang memerlukan konfigurasi
server yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh penyedia PaaS. Untuk keperluan
seperti ini, kita dapat menggunakan layanan cloud computing tipe Infrastructure
as a Service (IaaS).
Pada
IaaS, penyedia layanan hanya menyediakan sumber daya komputasi seperti
prosesor, memori, dan storage yang sudah tervirtualisasi. Akan tetapi, penyedia
layanan tidak memasang sistem operasi maupun aplikasi di atasnya. Pemilihan OS,
aplikasi, maupun konfigurasi lainnya sepenuhnya berada pada kendali kita.
Jadi,
layanan IaaS dapat dilihat sebagai proses migrasi server-server kita dari
on-premise ke data center millik penyedia IaaS ini. Para vendor cloud computing
lokal rata-rata menyediakan layanan model IaaS ini, dalam bentuk Virtual
Private Server.
Daftar
pustaka
http://blog.akakom.ac.id/ekhacahya/
Elcom.2012.Cloud
Computing. Penerbit : Andi Publisher.
thank's infonya... itu bermanfaat sekali :D pengertian cloud computing
ReplyDelete